EPILOG.

“Kalau kamu belum siap, nggak usah sekarang nggak apa-apa.”

Kalimat tersebut pelan dan lembut terucap dari mulut Hyunjae ketika ia melihat manik netra Luna mulai basah oleh genangan air mata. Hyunjae tahu, Luna yang saat ini berada di bawah kungkungan tubuhnya, sedang menahan sakit.

Luna berdeham. “Tapi tanggung.”

“Ini baru setengahnya yang masuk, Na, kamu udah kesakitan. Aku nggak tega. Nanti lagi aja kita coba lagi, ya?”

“Ya Tuhan ini baru setengahnya?”

“Iya.”

Luna memejamkan matanya sambil berusaha mengatur ritme nafasnya yang naik turun tidak karuan. Ia gugup luar biasa, tapi ia juga tidak ingin membuat Hyunjae menunggu lebih lama.

Terlebih lagi, seperti yang tadi ia katakan pada Hyunjae, posisinya sudah tanggung. Tubuh mereka berdua sudah polos sejak setengah jam yang lalu, diawali dengan pagutan bibir dan foreplay selama dua puluh menit. Di tahap awal ini, tidak ada masalah, semuanya berjalan lancar. Namun kendala muncul di sepuluh menit terakhir yang sudah dihabiskan dengan usaha Hyunjae untuk menembus selaput dara Luna—yang masih juga belum berhasil hingga kini—karena Luna sudah meringis kesakitan ketika milik Hyunjae bahkan belum sepenuhnya masuk.

Hyunjae memajukan wajahnya, memagutkan bibirnya lagi pada bibir Luna. Mengecupnya lembut dan penuh sayang. Berharap dengan cara itu Luna bisa sedikit lebih rileks.

“Oke, aku siap,” kata Luna akhirnya, setelah Hyunjae menghentikan ciumannya.

You sure?” Hyunjae memastikan. Manik matanya meneliti setiap jengkal wajah Luna, ia sungguh tidak ingin menyakiti Luna tapi memang tahap ini mau tidak mau harus dilalui.

Luna mengangguk. “Pelan ya, Jae.”

Hyunjae mengecup kening Luna. “Iya, Sayang.”

Luna menahan nafasnya ketika ia merasakan Hyunjae mengerahkan tenaganya untuk mendorong miliknya lebih dalam.

“Jae…,” erang Luna. Jarinya yang sedari tadi memegangi pangkal lengan Hyunjae, kini mencengkeramnya erat. Luna panik lagi.

Tuhan, sakit banget, batin Luna dalam hati.

“Tahan, ya? Sedikit lagi.”

Dan genangan air mata yang susah payah Luna upayakan supaya tidak mengalir pun akhirnya meluncur turun dari kedua ujung mata Luna, ketika dirasakannya milik Hyunjae tiba-tiba terdorong masuk menembus daranya.

Luna melingkarkan lengannya di sekeliling leher Hyunjae sambil membenamkan wajahnya di bahu polos Hyunjae. Ia tidak ingin suaminya itu melihatnya menangis.

“Sayang, you okay? It’s in. Maaf, sakit ya?”

“Perih, Yang.”

“Maaf sayang ya. Kamu rileks dulu ya, aku nggak akan bergerak dulu.”

Luna mengatur nafasnya lagi. Setidaknya bagian tersulit sudah terlewati akhirnya. Matanya terpejam ketika jari-jari Hyunjae menghapus air mata yang mengalir di ujung kelopaknya.

I-I think you can try to move now. Pelan ya.”

Hyunjae tersenyum.

Akhirnya ia mencoba menggerakkan pinggulnya, maju dan mundur. Pelan, seperti yang Luna minta.

Ketika dilihatnya Luna sudah tidak bereaksi kesakitan lagi, Hyunjae sedikit-sedikit menambah kecepatan gerakan pinggulnya sampai mulut Luna mengeluarkan erangan lagi.

“Aah—”

Refleks, Hyunjae berhenti. “Sakit lagi, Yang?”

Wajah Luna memerah. “Sedikit, tapi bukan itu.”

“Kenapa? Mulai kerasa enaknya?”

Plak!

Luna memukul bahu Hyunjae dengan rona merah di seluruh wajah. “Diem, udah terusin aja geraknya. Cepet.”

“Jadi diem apa terusin?”

“Jae, ih!”

Hyunjae tertawa kecil. Ia menciumi wajah Luna sambil melanjutkan gerakannya lagi. Semakin cepat dan cepat karena Luna benar-benar sudah bisa beradaptasi sepertinya. Sudah tidak ada keluhan sakit lagi terucap dari bibirnya kini.

“Aaah—AAH, JAE!”

“Keluar?”

“Belum—”

“Tahan, keluar bareng ya.”

Hyunjae kini sudah berada di kecepatan maksimal yang ia bisa. Sesekali ia menciumi wajah atau leher Luna. Membuat bibir Luna memekikkan erangan-erangan kecil sebagai respon dari perbuatan sang suami.

“Nnggh.. Mmmh, Hyunjae.” Kepala Luna refleks mengadah ke atas dengan mata terpejam ketika dirasakannya bibir Hyunjae mengulum payudara kirinya. Lidah Hyunjae yang bermain di puting payudaranya membuat Luna mengencangkan erangannya.

“Yang,” Luna susah payah berusaha memanggil Hyunjae di sela-sela erangannya. “Nggh, Yang..”

“Ya?” akhirnya Hyunjae mengangkat wajahnya, menatap wajah Luna yang sudah amat sangat memerah.

“Bentar lagi kayanya.. nggh.. keluar.”

“Tahan, please.”

Hyunjae menambah kecepatan gerakan pinggulnya sedikit lagi. Ia sungguh ingin pengalaman orgasme pertamanya dicapai bersamaan dengan orgasme Luna. Ia banyak mendengar cerita dari pengalaman teman-temannya bahwa orgasme yang dicapai bersamaan menghasilkan rasa nikmat yang berkali lipat dibandingkan dengan orgasme sendiri-sendiri.

Di bawahnya, Luna setengah mati berusaha menahan agar ia tidak keluar duluan. Ia kemudian mengerang lagi ketika merasakan ada sedikit cairan yang merembes keluar dari bagian bawahnya.

“Yang, aku sebentar lagi. Kamu tahan ya, Sayang,” Hyunjae berkata lagi pada Luna ketika ia pun merasakan ada cairan hangat yang keluar dari milik Luna.

Ketika dirasakan miliknya benar-benar akan segera keluar, Hyunjae memutuskan untuk mengulum lagi payudara Luna, kali ini sebelah kanan, yang belum sempat ia sentuh sama sekali dari tadi.

“Yaaang.. aaahhh, ngghh aku—”

Luna merasakan cairan miliknya mengalir tanpa henti di bawah sana bertepatan dengan Hyunjae yang menyentak kuat dan mendorong miliknya dalam-dalam. Keduanya berhasil mencapai orgasme bersamaan.

Hyunjae menyelesaikan permainan lidahnya di payudara Luna dan kini memutuskan untuk memagut bibir Luna lagi selama miliknya di bawah sana menembakkan spermanya di dalam milik Luna. Setelah dirasanya semua cairannya selesai keluar, Hyunjae melepas ciumannya.

Nafasnya kini terengah, Hyunjae lelah. Tidak disangkanya berhubungan intim bisa membuatnya selelah ini.

Luna di bawahnya, menatapi wajah Hyunjae yang penuh keringat. Di mata Luna kini wajah tampan suami tercintanya terlihat sepuluh kali lebih tampan dan… seksi—dengan nafas terengah dan rambut setengah basah akibat peluh yang membanjir.

Dengan miliknya masih sepenuhnya berada di dalam milik Luna, Hyunjae ambruk. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Luna.

“Sayang,” bisik Luna di telinga Hyunjae. “Kamu berat.”

Seketika Hyunjae langsung mengangkat lagi wajahnya yang tadinya terbenam di pundak Luna. “Na, seriously? After all I did, that was your only respond?”

Luna tertawa cengengesan. Ia mengeratkan pelukannya di leher Hyunjae, membuat Hyunjae kembali membenamkan wajahnya di pundak Luna. “That was amazing,” bisik Luna lagi. “Maaf tadi agak lama karena aku kesakitan.”

Kali ini Hyunjae menarik tubuhnya dan sebelum merebahkannya di samping Luna, Hyunjae membenahi selimut agar bisa menutupi tubuh polos Luna. “Aku yang harusnya minta maaf karena udah bikin kamu sakit awalnya. Tapi… ending-nya enak kan?” Mata Hyunjae mengerling jenaka ke arah Luna.

Luna menarik selimut agar menutupi wajahnya yang memanas.

“Hei, jangan ditutup dong muka cantiknya. Belum puas nih aku.”

“Hah belum puas? Mau lagi? Kamunya aja masih ngos-ngosan gitu. Kamu gimana sih, rajin nge-gym tapi baru sekali aja udah tepar gini.”

“Maksudnya aku belum puas lihatin muka kamu. You should see your face when you cum.”

Shut up, Jae!”

“Seksi banget muka kamu pas keluar tadi.”

“Diam, Lee Jaehyun!!!”

“Nanti mau lagi ya?”

“Kenapa nunggu nanti? Nggak mau sekarang aja gitu 2nd round?”

“Capek akunya.”

“Dih, payah.”

“Capek tau jadi yang di atas, kamu sih enak diem aja di bawah nggak banyak gerak tau-tau keluar.”

“Masa sih secapek itu?”

I dare you to be on top when we do it again later.”

“Nggak usah nunggu nanti, ayo deh sekarang aku jabanin. Aku di atas ya.”

Mata Hyunjae terbelalak kaget mendengar tantangan istrinya. Dirinya tidak salah dengar kan? Bahkan tadi mereka hampir menghentikan percobaan pertamanya ini karena Luna yang terlalu kesakitan—sekarang Luna malah menantangi untuk melakukannya lagi?

“Sayang jangan nekat, kamu nggak bisa jalan nanti,” kata Hyunjae. “Aku yakin itu vagina kamu sebetulnya masih sakit.”

Luna tidak ingin terlihat lemah di mata Hyunjae sekaligus ingin membuktikan bahwa ia bisa kuat walaupun berada di posisi atas. Tanpa pikir panjang, Luna menyingkap selimutnya, membiarkan tubuh polosnya kembali terekspos yang langsung membuat Hyunjae menelan ludahnya susah payah. Setiap jengkal tubuh Luna terlihat indah sekali di matanya.

Dengan kepercayaan diri yang tinggi, Luna menaiki tubuh atletis suaminya itu dan tersenyum mengejek ke arah Hyunjae ketika dilihatnya milik Hyunjae sudah kembali mengeras.

“Cepet amat turned on-nya,” kata Luna.

“Nggak usah banyak omong, Yang, finish it.”

Masih dengan level percaya diri yang belum surut, Luna mengambil posisi bersiap untuk memasukkan milik Hyunjae ke dalam miliknya—dalam sekali hentak, tidak pelan-pelan seperti yang tadi Hyunjae lakukan padanya.

Ketika akhirnya milik Hyunjae sudah kembali berada dalam miliknya hanya dengan satu hentakan keras, Luna tiba-tiba menjerit. Kepercayaan dirinya kini luntur seutuhnya berganti dengan rasa sesal akibat gegabah dalam bertindak. Air matanya kembali menggenang, berebutan ingin mengalir keluar meninggalkan sumbernya.

“Nah kan, sakit lagi kan?” ujar Hyunjae lembut sambil mengusap-usap punggung Luna yang kini gantian ambruk di atas tubuhnya. “Makanya jangan nantangin,” kata Hyunjae lagi.

“T-ternyata… masih sakit…,” kata Luna sambil terisak di pundak Hyunjae.

Hyunjae yang tidak tega mendengar isak tangis Luna akhirnya memutuskan untuk membalikan posisi dengan merebahkan tubuh Luna di kasur. “Udah nanti lagi aja mainnya. Kamu istirahat dulu.” Lagi, Hyunjae menyelimuti tubuh Luna.

Kali ini Luna menurut, ia menganggukkan kepalanya dengan mata terpejam, menahan sakit dan ngilu di bagian bawahnya. “Aku tidur sebentar ya? Biar hilang dulu ini sakitnya.”

“Iya tidur dulu aja kamunya. Aku mandi duluan ya, sayang.”

Setelah memastikan Luna sudah dalam posisi nyaman, Hyunjae meninggalkan ciuman-ciuman kecil di pucuk kepala dan dahi Luna. Lalu diambilnya kemejanya yang tercecer di lantai dan dipakainya dengan asal. Sekalian ia berjalan menuju kamar mandi, Hyunjae juga memunguti sisa-sisa pakaiannya dan pakaian Luna yang masih berserakan di lantai lalu disimpannya di keranjang cucian.

Walaupun tidak berjalan selancar yang diharapkan, setidaknya sore ini ia dan Luna akhirnya berhasil melewati “malam pertama” mereka—tiga hari setelah mereka dinyatakan sah sebagai sepasang suami istri. Ya, butuh waktu tiga hari bagi Luna untuk akhirnya berani melakukan hal yang sebenarnya agak menakutkan baginya itu.

Sebelum memasuki shower box, sambil melepaskan kancing kemeja yang tadi dengan asal dikenakannya Hyunjae jadi tersenyum lagi mengingat raut wajah Luna saat mendapatkan pelepasan pertamanya. Tentu saja Hyunjae ingin melihat raut wajah itu lagi, tapi ia berjanji untuk sabar dan menunggu sampai Luna sudah benar-benar tidak kesakitan dan siap untuk melakukannya lagi.